Home Daerah

Kisah Cinta Ki Ageng Mbloto Pati. "Ora Keno tak Sanding Uripe Tak Sanding Patine"

by Pena Realita - 19 Juni 2024, 02:40 WIB

PATI JATENG || Penarealita.com - Dalam sejarah, tepatnya di Desa Sidokerto, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati, terdapat tokoh kondang yang patut untuk ditelusuri sejarahnya. Pasalnya, sejarah tersebut menyangkut kisah cinta murid kesayangan Mbah Mutamakkin (Syekh Ahmad Mutamakkin) pendiri pondok pesantren Kajen, Kecamatan Margoyoso, Pati, yaitu Ki Ageng Mbloto dengan Nyi Rondo Kuning yang sangat menarik untuk diperbincangkan.

Sejarah ini ditulis berdasarkan penuturan Mbah Sarni alias Mbah Mandor (98). Berdasarkan cerita tutur tinular dari para sesepuh pinisepuh yang disinkronkan dengan ilmu spiritual yang ia kuasai, dirinya menceritakan kisah asmara tokoh Desa Sidokerto dengan Tokoh Kelurahan Randu Kuning.

Dikisahkan, Ketika Mbah Mutamakkin hendak melakukan perjalan menuju tanah suci guna menunaikan ibadah Haji, dengan diantar para murid dan santri Kajen, salah satu murid kesayangannya, yaitu Ki Mbloto dalam melakukan perjalan membawa bekal nasi yang sudah dimasak, lalu dikeringkan, dalam bahasa jawa biasa dikenal dengan “Sego Karag”. Diceritakan untuk sampai ke tanah suci dibutuhkan waktu selama 7 bulan.

Saat melangsungkan perjalanan ke arah selatan, baru sampai pinggir sungai simo tepatnya dekat jembatan simo sebelah selatan asrama Alogoro, Ki Mbloto menoleh ke arah barat, sehingga Mbah Mutamakkin berujar kepadanya.

“Kuwe ngeterno aku nek tanah suci ketok e kok ora sah atimu, kae lho ono oro-oro ombo panggoni, manggono nek kono Tho Mbloto panggonan kae bakal tak jenakno sawah Mbloto. (Kamu menghantarkan aku pergi ketanah suci kelihatanya kok tidak iklas hatimu, itu lho ada tanah lapang Tinggallah disana Tho Mbloto tempat itu akan saya berinama sawah Mbloto),” Ujar Mbah Mutamakkin kepada Ki Mbloto.

Ketertarikan Ki Mbloto dengan tempat tersebut akhirnya terjawab sudah, padahal ketertarikan itu hanya ada dalam hati dan tidak diungkapkan langsung kepada Mbah Mutamakkin sang Guru. Namun, Mbah Mutamakkin dapat memahami isi hati Ki Mbloto sehingga diutuslah Ki Mbloto untuk menempati tempat tersebut.

Akhirnya Ki Mbloto mulai membabat tempat tersebut untuk membuat lahan pertanian, dengan dibantu satu abdinya yang bernama Ngaseno.

Selang beberapa lama, hasil panen Ki Mbloto berhasil melimpah ruah, gabah sampai bertumpuk-tumpuk di halaman rumah, sampai dalam rumah Ki Mbloto.

Pada suatu ketika, Ki Mbloto mendengar bahwa di sebelah selatan tempatnya bercocok tanam, ada sosok Rondo cantik, Kaya raya, dan mempunyai seperangkat gamelan yakni bernama Nyi Rondo Kuning. 

Lantaran penasaran, membuat Ki Mbloto untuk memastikan kabar tersebut. Dan benar saja, setelah Ki Mbloto bertatap muka dengan Nyi Rondo Kuning, tenyata ia langsung jatuh cinta dan mengutus Ngasno (Bator Ki Mbloto) untuk menyampaikan kepada Nyi Rondo Kuning bahwa Ki Mbloto mau melamar.

Bergegaslah Ngasno pergi ke tempat Nyi Rondo Kuning untuk menyampaikan amanah Ki Mbloto. Namun setelah disampaikan, ternyata Mbok Rondo Kuning menolak lamaran Ki Mbloto.

Mendapati hal tersebut, Ngasno langsung kembali menemui Ki Mbloto dan disampaikan bahwa Nyi Rondo Kuning telah menolak lamaran Ki Mbloto.

Merasa sakit hati, kemudian Ngasno disuruh lagi mendatangi rumah Mbok Rondo Kuning, namun dengan tujuan meminjam seperangkat gamelan guna mengiringi pesta panen di sawah milik Ki Mbloto.

Karena Nyi Rondo Kuning yang sudah tidak suka dengan Ki Mbloto, akhirnya seperangkat gamelan pun tidak boleh dipinjam oleh Ki Mbloto. Hingga Ki Mbloto bersabda atau bersumpah. ”Semua harta benda mu bakal jadi batu, (Bondo donyamu bakal dadi watu ),” akhirnya seluruh harta yang dimiliki Nyi Rondo Kuning semua jadi batu, termasuk semua seperangkat gamelan. Salah satunya adalah Watu Gong yang berada di Kelurahan Randu Kuning, Pati Lor.

Mengetahui semua harta bendanya telah menjadi batu, Mbok Rondo Kuning ganti meminta kepada Ki Mbloto untuk diberikan sebagian tumpukan gabah yang ia miliki. Namun Ki Mbloto menolak permintaan Nyi Rondo Kuning tersebut dan berujar biarkan tumpukan gabah ini menjadi “Bunuk” (Tanah yang bertumpuk-tumpuk).

Setelah peristiwa tersebut, selang beberapa waktu ketika Ki Mbloto di sawah, ada gerombolan perempuan warga Dukuh Sukun yang melakukan perjalan pulang dari pasar, lewat lokasi sawah Ki Mbloto sembari berkata, bahwa Nyi Rondo Kuning Telah meninggal dunia. Sontak Ki Mbloto langsung kaget dan ia langsung memastikan kebenaran kabar tersebut.

Mengetahui orang yang ia cintai meninggal dunia, Ki Mbloto langsung bergegas pulang untuk mandi jinabat, mensucikan diri, lalu meminta kepada Tuhan YME agar dirinya bisa meninggal berdampingan dengan Nyi Rondo Kuning wanita yang ia cintai.

“Ora Iso Nyanding Pas Uripe, Bakal Tak Sanding Patine. (Tidak bisa bersama semasa hidup, tapi akan bersanding pada wafat).” (WJ)

Ception: - Makam Ki ageng mbloto yang bersanding dengan nyi Rondo Kuning. Terletak di Desa Sidokerto jalan arah menuju dukuh Jambean, Kecamatan Pati, Kabupaten PATI.

-Seperangakat gamelan milik Nyi Rondo kuning yang disabdo ki ageng mbloto menjadi batu. Yang biasa disebut masyarakat sekitar dengan sebutan watu gong, terletak di Randu kuning Kelurahan Pati Lor, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati.





( Al/Iryanto)

Share :

Populer Minggu Ini